BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalam
proses belajar mengajar, baik sebagai tempat belajar atau sebagai sumber
belajar sehingga diperlukan suatu laboratorium yang aman dan dan nyaman. Laboratorium
adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan
yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain,
yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun
dan lain-lain.
Laboratorium yang bersifat nyaman memiliki arti bahwa segala
kebutuhan dan keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat
yang semestinya atau mudah untuk diakses bila akan digunakan, sedangkan
laboratorium yang memiliki sifat aman artinya segala penyimpanan material
berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapakan keamanannya.
Dalam rangka meningkatkan efesiensi
dan efektifitas laboratorium harus dikelola dan di manfaatkan dengan baik.
Sebagus dan selengkap apapun suatu laboratorium tidak akan berarti apa-apa bila
tidak di tunjang oleh manajemen yang baik. Kegiatan laboratorium akan
memberikan peran yang sangat besar terutama dalam 1) Membangun pemahaman
konsep; 2) Verifiasi (pembuktian) kebenaran konsep; 3) menumbuhkan keterampilan
proses (keterampilan dasar dalam kerja ilmiah) serta efektif siswa; 4)
Menumbuhkan “ rasa suka” dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari; 5)
melatih kemampuan psikomotorik, dengan melihat begitu banyak manfaat yang di
dapat dari kegiatan laboratorium/ praktikum, sehingga pemanfaatan laboratorium
sangatlah diperlukan.
Laboratorium kimia merupakan salah
satu jenis laboratorium yang dianggap cukup berbahaya dalam melaksanakan
percobaan, sehingga tidak jarang dalam melakukan percobaan kimia yang berbahya
tidak dilakukan walaupun percobaan tersebut sangatlah diperlukan dalam
peningkatan pemahaman siswa tentang materi tertentu. Perlaksanaan percobaan
kimia sebenarnya dapat dilakukan dengan baik apabila ada penanganan dan
pengoprasian laboratorium yang baik dan benar. Untuk mendapatkan penanganan
laboratorium yang baik diperlukan suatu manajemen/ pengelolaan laboratorium
yang baik, baik dalam penanganan alat, bahan dan tata letak laboratorium yang
bebar disamping kesadaran dalam
menggunakan laboratorium yang baik dan benar. Pada dasarnya pengelolaan merupakan tanggunga jawab bersama baik pengelolaan maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Agar siswa dapat menggunakan laboratorium secara optimal, maka kondisi laboratorium juga diupayakan tetap bersih dan nyaman. Kondisi laboratorium yang baik memiliki beberapa syarat diantaranya ada tidaknya organisasi dan administrasi laboratorium, kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan bahan, kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.
Untuk itulah pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak.
menggunakan laboratorium yang baik dan benar. Pada dasarnya pengelolaan merupakan tanggunga jawab bersama baik pengelolaan maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Agar siswa dapat menggunakan laboratorium secara optimal, maka kondisi laboratorium juga diupayakan tetap bersih dan nyaman. Kondisi laboratorium yang baik memiliki beberapa syarat diantaranya ada tidaknya organisasi dan administrasi laboratorium, kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan bahan, kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.
Untuk itulah pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak.
BAB
II
2.
Tata Ruang Laboratorium
Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak
atau layout bangunan laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak
dipercayakan begitu saja kepada seorang
arsitektur bangunan. Bangunan
laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium.Faktor-faktor tersebut
antara lain lokasi bangunan
laboratorium dan ukuran-ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan
laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan
lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak
berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan
lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan
lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat
menjangkau bangunan laboratorium.
Selain persyaratan
lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk
pembelajaran sain umumnya
terdiri dari ruang
utama dan ruang-ruang pelengkap.
Ruang utama adalah
ruangan tempat para sisa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap
umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk
siswa maupun untuk guru.
Laboratorium harus
ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai sejak
perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan. Tata ruang yang baik
mempunyai:
a.
pintu masuk (in)
b.
pintu keluar (out)
c.
pintu darurat (emergency-exit)
d.
ruang persiapan (preparation-room)
e.
ruang peralatan (equipment-room)
f.
ruang penangas (fume-hood)
g.
ruang penyimpanan (storage - room)
h.
ruang staf (staff-room)
i.
ruang teknisi (technician-room)
j.
ruang bekerja (activity-room)
k.
ruang istirahat/ibadah
l.
ruang prasarana kebersihan
m.
ruang toilet
n.
lemari praktikan (locker)
o.
lemari gelas (glass-rack)
p.
lemari alat-alat optik (opticals-rack)
q.
pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat
masuk.
2.1
Pengenalan Bahan Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya
Bahan kimia yang ada di
lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping
jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup
tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan
pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal
umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan dan
penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu
hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara
alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut
sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak
boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam
wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran
dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi
kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya
yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet
tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan
toxic.
Berikut ini merupakan
panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan
penyimpanannya:
1. Inflammable
substances (bahan mudah terbakar)
Bahan
mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi,
bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan
bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat
terbakar (flammable substances) juga termasuk kategori bahan mudah
terbakar (inflammable substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak
diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.
Explosive
(bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras
dari bahan. Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan
mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat
dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton,
dietil eter, etanol, dll.
Hal-hal yang dapat menyebabkan
ledakan adalah:
a. Karena
adanya pelarut mudah terbakar.
b. Karena
ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi
dan hidrokarbon
c. Karena
ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan ledakan dahsyat
d. Karena
ada gas-gas
e. Karena
ada peroksida.
Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah meledak ini dapat
dicegah dengan cara:
a. Biasakan
melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemari uap.
b. Jika
ragu tentang sifat kimia bahan, gunakanlah dalam jumlah yang sedikit dan
lakukan percobaan di atas penangas air.
c. Gunakan
alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.
d. Selain
hal di atas untuk keamanan maka lakukan pengamatan dari belakang layar pengaman
atau gunakan pelindung seperti masker.
Oxiding (Pengoksidasi)
Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing“
biasanya tidakmudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar. Bahan organik penoksidasi sering menimbulkan
ledakan dahsyat, terutama peroksida. Untuk laboratorium SMA/SMP sebaiknya tidak
usah menyediakan bahan ini seperti misalnya: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida,
Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan
Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu) sehingga
dikelompokkan menjadi bahan pengoksidasi.
Extremely flammable (amat
sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely
flammable“ merupakan bahan yang sangat mudah terbakar. Contoh bahan dengan
sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)
Kebakaran dapat terjadi
karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat menyebabkan timbulnya
perapian/kebakaran diantaranya: nyala api, permukaan panas, hubungan pendek
(korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok menyala, korek api
dan sumber lainnya.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menangani bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar
keselamatan dan keamanan tetap terjaga, yaitu:
a.
Bahan tidak boleh dipanaskan secara
langsung atau disimpan pada permukaan panas. Gunakan penangas uap atau penangas
air
b.
Simpan bahan di tempat yang ventilasinya
baik
c.
Di laboratorium, sediakan dalam jumlah
yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut
d.
Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila
terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basah atau pasir, tapi bila api
besar gunakan alat pemadam
e.
Pada saat memanaskan jangan mengisi
gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi ½ kapasitasnya. Gunakan batu
ddih guna menghindarkan ledakan/letupan
f.
Jangan membuang cairan yang mudah
terbakar ke dalam bak cuci
g.
Jangan menyimpan cairan mudah terbakar
dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif
h.
Botoil penyimpanan bahan mudah terbakar
jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang
tidak mudah terbakar dan jauhkan dari sumber perapian
i.
Bahan padat mudah terbakar simpan di
tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan
pengoksidasi atau asam
j.
Kontrol semua bahan secara periodic
2.
Bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan
Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat
beracun(very toxic substances), bahan beracun (toxic substances)
dan bahan berbahaya (harmful substances).
Very toxic (sangat
beracun)
Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh bahan dengan sifat
tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin.
Toxic (beracun)
Huruf Kode : F
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.Demi keamanan sebaiknya kita
menganggap semua bahan kimia itu beracun. Berdasarkan tempat masuknya melalui
tubuh kita, bahan-bahan beracun dikelompokkan menjai tiga kelompok besar yaitu
bahan beracun yang masuk melalui pencernaan (mulut), absorbsi kulit, dan
pernapasan. Untuk menghindari masukknya bahan-bahan tersebut ke dalam tubuh ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu:
A.
Untuk menghindari racun melalui mulut:
-
Hindarkan makan, minum atau merokok saat
bekerja
-
Cuci tangan dan keringkan sebelum
meninggalkan laboratorium
-
Hati-hati jangan menggunakan pipet isap.
B. Untuk menghindari
racun melalui kulit:
-
Cegah kontak dengan kulit.
-
Gunakan sarung tangan.
-
Cuci tangan dengan sabun dan air dengan
segera
Untuk
pengamatan saat bekerja dengan bahan-bahan beracun, maka sebaiknya:
a. Gunakan
bahan sidung di tutup atau di tempat yang berventilasi baik. Jika tidak
digunakan, botol harus tetap di tutup.
b. Gunakan
pelindung seperti sarung tangan dan jas lab.
c. Botol
harus selalu memiliki label dan disimpan di dalam lemari terkunci.
d. Cuci
tangan sampai bersih sebelum meninggalkan laboratorium, tidak boleh membaui
senyawa kimia secara langsung dan tidak boleh makan di laboratorium.
e. Taburkan
pasir atau tanah jika bahan tumpah ke lantai asmpai terserap kemudian uapkan
tanah/pasir tersebut di dalam oven.
Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki
resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Yang tidak diberi notasi
toxic, akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode
huruf Xn. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven
1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya,
dicurigai karsinogenik).
3.
Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances)
Corrosive
(korosif)
Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi
‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan
dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia
bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai
bahan korosif.
Contoh bahan dengan sifat tersebut
misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH
(>2%).
Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk pengamanan dalam bahan – bahan yang mudah korosif adalah:
a. Simpan
bahan di tempat yang sesuai (cocok) dan lakukan pengontrolan atau pengawasan
secara teratur.
b. Ikuti
aturan-aturan penyimpanan, pemberian label, pemakaian, dan pembuangannya.
c. Simpan
persediaan di laboratorium dalam jumlah minimum.
d. Gunakan
pelindung.
e. Hindarkan
jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segara dengan
air dan sabun.
Irritant (menyebabkan
iritasi)
Huruf
kode : Xi
Bahan
dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Contoh
bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam
danbasa encer.
4.
Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah
dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma)
dan menyebabkan gangguan ekologi. Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut
misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon
seperti pentana dan petroleum bensin.
2.2 Pengadministrasian atau Inventaris
Inventaris
yaitu pencatatan seluruh barang-barang yang ada didalam laboratorium. Dengan
adanya inventarisasi yang tepat, semua fasilitas dan activitas laboratoriun
dapat terorganisir.
Nilai postif yang dapat
diperoleh jika ada inventarisasi laboratorium, antara lain (Renny, 2010) :
a. Memudahkan penggadaan dan pengecek bahan dan alat.
b. Mengefisiensikan pengguna budget.
c. Memperlancar pelaksanaan praktikum.
d. Memudahkan membuat laporan pertanggungjawaban.
Untuk mengetahui tentang keadaan dan keberadaan alat/bahan maka diperlukan
perangkat seperti:
a. Buku inventaris.
b. Buku/kartu stock alat/bahan.
c. Buku/kartu daftar alat rusak/bahan habis.
d. Buku daftar usulan penggadaan alat/bahan (apakah dengan cara
dibeli sendiri atau dropping dari pemerintah).
e. Buku daftar peminjam alat.
Tujuan Pemberian
klasifikasi dan kode barang inventaris yaitu untuk
memudahkan mengontrol keadaan barang. untuk barang pada umumnya diberi kode
dalam bentuk angka numerik yang tersusun menurut pola tertentu.
Karakteristik ruangan yang
dikelola dengan baik :
1.
Efektif yaitu peralatan
mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran.
2.
Efisien yaitu setting
peralatan tidak menyia-nyiakan energi, biaya.
3.
Sehat dan aman yaitu
penerangan, ventilasi, sanitasi, air bersih, keselamatan kerja dan lingkungan
semua memenuhi persyaratan.
4.
Peralatan / fasilitas selalu
siap pakai dan aman yaitu semua peralatan/fasiltias terhindar dari kerusakan,
kemacetan dan terlindung dari kehilangan.
5.
Seluruh aktivitas
laboratorium mudah dikontrol yaitu dengan adanya administrasi yang baik,
visualisasi informasi yang jelas dan program yang jelas.
6.
Memenuhi kebutuhan
psikologis yaitu secara visual menarik dan menyenangkan, iklim kerja yang
baik dan kesejahteraan lahir batin yang memadai.
Ciri-ciri
ruangan/laboratorium yang optimal penggunaannya adalah :
1.
Efisiensi pemakaian ruangan
berkisar antara 60% – 80%.
2.
Program kerja ruangan
terlaksana secara tuntas.
3.
Pengelola dan staf
ruangan/laboratorium mendapat kepuasan yang optimal.
Untuk
mencapai Optimalisasi Laboratorium :
1.
Penyusunan Jadwal Pemakaian
laboratorium.
2.
Penyusunan Daftar Pembagian
Tugas.
3.
Tata Letak Peralatan Yang
Efisien.
4.
Pemeliharaan Yang Efektif.
Tata letak
pengelolaan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan
laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan
untuk beroperasi. Kata pengaturan di atas mengandung makna yang sangat luas,
yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi diperlukan
penempatan peralatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan
langkah-langkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan.
Tujuan Tata Letak
laboratorium
1.
Mengurangi hambatan dalam
upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
2.
Memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna/pekerja/operator.
3.
Memaksimalkan penggunaan
peralatan.
4.
Memberikan hasil yang
maksimal dengan pendanaan yang minimal.
5.
Mempermudah pengawasan.
2.3
Penanganan Masalah Umum
a. Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui
sifat reaksinya. Jika belum tahu segera tanyakan pada orang yang kompeten.
b.
Zat-zat baru atau kurang diketahui
Demi keamanan
laboratorium, berkonsultasilah sebelum menggunakan zat-zat kimia baru atau yang
kurang diketahui. Semua zat-zat kimia dapat menimbulkan resiko yang tidak
dikehendaki.
c. Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang
material-material yang berbahaya harus diketahui resiko
yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak
menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada orang yang kompeten. Demikian
juga terhadap air buangan dari laboratorium. Sebaiknya harus ada bak penampung
khusus, jangan dibuang begitu saja karena air buangan mengandung bahan berbahaya yang
menimbulkan pencemaran. Air buangan harus di”treatment”, antara lain dengan
cara netralisasi sebelum dibuang ke lingkungan.
d. Tumpahan
Tumpahan asam
diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan CaC03 atau soda abu, dan
untuk basa dengan air dan dinetralisir dengan asam encer. Setelah itu dipel dan
pastikan kain pel bebas dari asam atau alkali.Tumpahan minyak, harus ditaburi
dengan pasir, kemudian
disapu dan dimasukkan
dalam tong yang
terbuat dari logam
dan ditutup rapat.
BAB III
PENUTUP
Pengelolaan merupakan
suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan
keberlanjutan fungsi sumber daya.
Dalam
melakukan pengelolaan laboratoriun ada 4 aspek yang perlu diperhatikan yaitu
perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan perawatanndan pengawasan.
Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik
pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus
memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan
mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan
upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan
upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya
bila terjadi kecelakaan.
Para pengelola tersebut
mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda namun tetap sinergi dalam
pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan (Sugiharto, 2008). Agar siswa
dapat menggunakan laboratorium secara optimal, maka kondisi laboratorium juga
perlu diupayakan tetap bersih dan nyaman. Kondisi laboratorium yang baik
memiliki beberapa syarat, diantaranya: ada tidaknya organisasi dan administrasi
laboratorium, kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan
bahan, kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Baim, (2011), Pemanfaatan Laboratorium Dalam Belajar
IPA. http://baim87-
bio.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-laboratorium-dalam-belajar.html
Emha, M.S.H., 2006. Pedoman Penggunaan Laboratorium
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nugraha, Asep Wahyu, (2005), Penerapan Pendekatan
Proses IPA pada Praktikum Kimia Fisika II Jurusan Kimia FMIPA UNIMED Melalui
Kegiatan Praktikum Terpadu, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 11(2):107
– 112
Reny, (2010), Pengelolahan Laboratorium,
http://cheyrhenmatahariku.blogspot.com
Sugiharto, Bowo, (2008), Optimalisasi
Pengelolaan Laboratorium IPA SMP, http://bowobiologi.blogspot.com/2008/10/optimalisasi-pengelolaan-laboratorium.html
Widhy, Purwanthy, (2009), Alat dan Bahan Kimia Dalam
Laboratorium IPA,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Alat%20dan%20bahan%20Kimia%20dalam%20lab%20IPA.pdf
Yashaneu, (2011), Pengelolahan Laboratorium,
http://yashaneu.blogspot.com/2011/05/pengelolaan-laboratorium.html
Yurnani, Hilda, (2010), Pemanfaatan Laboratorium
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi, Tabularasa, 7(2):
95-104).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar