Sabtu, 15 November 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI DI KELAS XI



PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA
POKOK BAHASAN LAJU REAKSI DI KELAS XI
SMA NEGERI 14 MEDAN

Anita Debora Simangunsong

Juruasan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl.Willem Iskandar Psr V Medan, Sumatra Utara

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA. Sampel sebanyak 2 kelas yang dipilih secara purposive sampling. Kelas eksperimen diberi pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, sedangkan kelas kontrol diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional). Hasil analisis data pre-test diperoleh Fhitung = 1,60 dan Ftabel = 1,795, yang menyatakan data tersebut homogen dan berdasarkan uji normalitas pre-test dan pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol  berdistribusi normal. Nilai rata-rata pretest dan postest kelas eksperimen adalah 31,375 dan 84,5 serta nilai rata-rata kelas kontrol adalah 41,625 dan 76,125. Rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 77% dan 59%. Uji hipotesis pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung = 9,2 dan ttabel = 1,6671, thitung > ttabel maka hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
Kata Kunci : Model pembelajaran, Quantum Teaching, Kimia SMA, Hasil belajar.


PENDAHULUAN
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006).
            Cahyana (2005) “Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari susunan, kmposisi, struktur, sifat-sifat, dan perubahan materi serta perubahan energi yang menyertai perubahan tersebut” Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam(IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang dirasakan sulit oleh siswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri ilmu kimia itu sendiri. Adapun ciri-ciri ilmu kimia tersebut adalah: (1) sebagian besar ilimu kimia itu bersifat abstrak, (2) sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang pesat, (3) bahan atau materi yang dipelajari sangat banyak. (http:/adesanjaya.blogspot.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html)
            Disinilah peran guru sangat diharakan mampu menjadikan pelajaran terasa mudah dan menyenangkan. Guru harus mampu memberikan pengajaran yang efektif dan variatif sehingga indikator pelajaran dalam suatu proses mengajar dapat tercapai dengan baik.  Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan perbaikan proses belajar-mengajar, yaitu dengan ketepatan pemilihan metode pengajaran dimana guru harus benar-benar memperhatikan model atau metode mengajar yang akan digunakan, sehingga kurikulum yang terbaik akan ada manfaatnya bila dilengkapi dengan model atau metode mengajar yang tepat. Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa melainkan bagaimana cara menyajikan suatu bahan pelajaran kepada murid.
            Pada setiap situasi selalu ada jalan keluar dalam suatu masalah, sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar-mengajar lewat panduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, semua materi dan pelajaran dapat diajarkan dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah mengubah belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, sehingga dapat mencegah munculnya rasa bosan pada materi ajar (De Porter, 2007).
            Penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching pernah diteliti oleh Ramadhana, (2006). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pokok bahasan minyak bumi sebesar 11.48%. Hasil penelitian Anggria, (2007) pada pokok bahasan struktur atom di SMA Negeri 4 Binjai, tahun ajaran 2007/2008 menunjukkan peningkatan (selisih post-test dan pre-test) sebesar 47.83%. Hasil penelitian Jeni, (2007) pada pokok bahasan sistem koloid di SMA Negeri 1 Binjai tahun ajaran 2005/2006 diperoleh hasil belajar sebesar 84.23%. Dan hasil penelitian oleh Siregar, (2007) diperoleh hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada sub pokok bahasan hidrolisis sebesar 73.22%.
            Materi laju reaksi merupakan materi yang mengandung atau berisi konsep- konsep yang memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati secara langsung agar pembelajaran lebih jelas, selain itu materi laju reaksi juga berhubungan dengan kehidupan sehari- hari. Agar materi ini lebih  mudah untuk diterima oleh siswa dan siswa tidak mudah merasa bosan maka perlu diberikan suatu pembelajaran alternatif, salah satunya adalah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching. Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mempunyai minat dan motivasi untuk belajar akan semakin meningkat, sehingga mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajar. Dengan adanya sikap positif siswa ini, diharapkan dapat membantu memahamkan siswa terhadap konsep materi laju reaksi.
            Jadi model Quantum Teaching yang mengandung unsur TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai/beri makna, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) sangat cocok diterapkan pada materi laju reaksi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Di Kelas XI SMA Negeri 14 Medan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan pada bulan November di kelas XI semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 14 Medan yang berjumlah 5 kelas. Sampel diambil secara purposive sampling sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai kelas eksperimen dan kelas yang diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) sebagai kelas kontrol.

Prosedur Penelitian
       Prosedur dalam penelitian terdiri atas : persiapan penelitian, tahap pelaksanaan, dan pengolahan data. Adapun persiapan yang dilaksanakan sebelum penelitian ini yaitu pengajuan dan pelaksanaan seminar proposal, konsultasi pada semua pihak yang terkait dalam penelitian, pengurusan perizinan penelitian dari pihak sekolah dan sampai penyusunan rencana pembelajaran dan soal untuk test dalam penelitian. Menguji soal yang akan digunakan dengan cara validasi ke siswa dengan menghitung : validasi, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kemudian tahap pelaksanaan, yaitu: menentukan 2 kelas yang akan menjadi sampel dalam penelitian, melakukan pre-test kedua kelas sampel, bertujuan untuk menguji homogenitas dan normalitas dari kedua kelompok sampel, juga untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan yang berbeda tentang materi yang akan dibahas, memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel, mengadakan post-test pada pertemuan terakhir untuk mendapatkan data kemampuan sampel penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar setelah pengajaran selesai dilakukan. Selanjutnya tahap pengolahan data, yaitu setelah data pre-test dan post-test diperoleh maka data tersebut diolah untuk melihat bagaimana peningkatan hasil berlajar antara sampel yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching  dan sampel yang diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching. Apabila pengolahan data telah selesai maka dapat ditarik kesimpulan. Instrumen  yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 40 soal. Jumlah option setiap soal disediakan lima butir.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan dan bersifat eksperimen, yang melibatkan 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching, sedangkan kelas kontrol diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional).
Analisis Data Instrumen Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan uji coba instrument test bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda test. Uji coba ini dilaksanakan pada kelas XII SMA Negeri 14 Medan. Dari uji coba test tersebut diketahui bahwa:
Uji Validitas
                  Dari 40 soal instrument tes yang diujicobakan diperoleh sebanyak 21 soal yang valid, yaitu soal nomor  2, 3, 4, 6, 7, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 31, 33, 36, 37, 38.  Kemudian 20 soal yang valid diujikan sebagai instrument penelitian untuk mengambil data hasil belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi. (Lampiran 11 )
Reliabilitas Tes
Suatu tes dinyatakan reliabel apabila r hitung > r tabel. Dengan menggunakan rumus reliabilitas (KR-20) maka diperoleh koefisien reliabilitas dari jumlah soal sebanyak 40 (N = 30) pada tingkat kepercayaan α = 0,05 harga r tabel = 0,361 perhitungan diperoleh r hitung = 0,84. Dengan demikian r hitung  > r tabel  sehingga instrumen tes dinyatakan reliabel (Lampiran 13 ).
Tingkat Kesukaran Soal
Text Box:    30Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki kesukaran yang tesebar merata artinya tidak semua soal sukar atau mudah, Maka menurut kriteria pengujian hasil analisis tingkat kesukaran dari 21 soal yang valid diperoleh  soal tergolong mudah sebanyak 1 soal yaitu soal nomor 38,  soal yang tergolong sedang sebanyak 18 yaitu soal nomor 2, 3, 4, 6, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 21, 22, 25,26, 27, 33, 36, 37) dan 2 soal tergolong sulit yaitu soal nomor 7,31
Daya Pembeda
            Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, 21 soal tersebut diuji daya pembeda soal dan diperoleh 4 soal dengan klasifikasi cukup, 17 soal dengan klasifikasi baik.          
Analisis Data Hasil Penelitian
Menghitung Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
            Dari data hasil penelitian, setelah dihitung (Lampiran 20) diperoleh rata-rata dan standar deviasi seperti terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pre-test
Post-test
Pre-test
Post-test
SD
SD
SD
SD
31,375
6,09
84,5
5,28
41,625
7,71
76,125
6,25

            Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh rata-rata nilai pre-test untuk kelas eksperimen  yaitu 31,375 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah 15 serta standar deviasinya sebesar 6,09. Sedangkan untuk nilai post-test diperoleh rata-rata nilai yaitu sebesar 84,5 dengan skor tertinggi adalah 95 dan nilai terendah yaitu 70 serta standar deviasinya sebesar 5,28.
            Sementara rata-rata nilai pre-test untuk kelas kontrol sebesar 41,625 dengan nilai tertinggi 55 dan nilai terendah yaitu 20 dengan standar deviasinya yaitu 7,71. Sedangkan untuk nilai post-test diperoleh rata-rata sebesar 76,125 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah yaitu 65 serta standar deviasi sebesar 6,25.
Uji Normalitas Data           
1. Uji Normalitas Pre Tes
Uji normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat () pada taraf signifikansi =0,05 dengan dk = 5. Dengan kriteria jika harga hitung <tabel maka data tersebut berdistribusi normal. Dari data pretest kelas eksperimen diperoleh hitung = 6.571429 dan pada kelas kontrol hitung = 1,757143 , sedangkan tabel pada = 0,05 dengan dk = 5 adalah 11,070. Karena hitung < tabel, maka data pre tes tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Normalitas Post Tes
Berdasarkan hasil perhitungan uji Chi Kuadrat () untuk postt-tes pada kelas eksperimen diperoleh hitung = 9,571429 dan pada kelas kontrol diperoleh hitung = 8,785714 ,  sedangkan tabel pada = 0,05 dengan dk = 5 adalah 11,070. Maka diperoleh hitung < tabel, sehingga data post tes tersebut berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
            Pengujian homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen. Untuk lebih lengkapnya hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Uji homogenitas
Kelas
S2
Fhitung
F­tabel
Keterangan
Eksperimen
37,16
1,60
1,795
(hasil interpolasi)
Data Homogen
Kontrol
59,47
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Fhitung < Ftabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen.
Uji Hipotesis
            Hipotesis dalam penelitian ini seperti dikemukakan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
Hipotesis Verbal
Ha: Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching  pada pokok bahasan Laju Reaksi.
Ho: Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi.   
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : μ1 ≤ μ2 
Ha : μ1 > μ2
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t satu pihak. H­a diterima jika thitung > ttabel, pada taraf α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 - 2). Dari hasil perhitungan (Lampiran 24), diperoleh bahwa thitung9,2 sedangkan ttabel = 1,667. Dengan demikian thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak. Artinya hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
Uji Gain
Uji Gain ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan (pencapaian) hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching. Uji ini dilakukan pada data post-test dengan kriteria: g ‹ 0,3 (rendah); 0,3 ≤ g ≤ 0,7 (sedang); dan g  > 0,7 (tinggi).
Berdasarkan perhitungan gain ternormalisasi pada kelas sampel disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen masuk kedalam kategori gain tinggi (g=0,77), pada kelas kontrol disimpulkan bahwa rata-rata kelas kontrol masuk kedalam kategori gain sedang (g=0,59) (lampiran 21). Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan laju reaksi. Dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas kontrol, dimana peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 77% dan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 59%. Maka besarnya peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol adalah sebesar 18%.
Pembahasan
Penelitian ini berawal dari apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan laju reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan. Setelah dilakukan perhitungan, kedua kelas sampel dinyatakan homogen dan berdistribusi normal. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan kelas kontrol tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional).
Dari perhitungan gain diperoleh peningkatan hasil belajar kimia pada kelas eksperimen sebesar 77% lebih baik daripada kelas kontrol peningkatannya sebesar 59% . Hal ini disebabkan karena prinsip dari Quantum Teaching yaitu sebelum pengajaran dilakukan guru telah membina hubungan yang harmonis dengan siswa sehingga siswa tidak merasa asing dan takut yang menimbulkan rasa aman dan ingin ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu, konsep pengajaran pada model pembelajaran Quantum Teaching yang terdiri dari unsur-unsur tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan membuat siswa lebih cepat memperoleh pengetahuan karena pada model ini siswa dituntut untuk mengaplikasikan potensi dirinya dan mencoba mengerti materi pelajaran dengan cara meningkatkan peran aktif siswa dalam proses belajar-mengajar.
            Berdasarkan nilai gain (g) diperoleh peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen sebesar 77% dan kelas kontrol sebesar 59%, selisih peningkatan (%gain) hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 18%.
            Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi kelas kontrol  adalah 76,125 ± 6,25 dan rata-rata kelas eksperimen adalah 84,5 ± 5,28 dan dalam pengujian hipotesis diperoleh thitunng(9,2) > ttabel(1,667) . Ini berarti hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diambil beberapa kesimpulan yaitu hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan. Sementara besarnya pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching  dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan adalah 18%.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakktik, Rineka Cipta, Jakarta.
[2] Anggria, D., 2007, Pengaruh Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 4 Binjai Kelas X Pada Materi Stuktur Atom Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.
[3] Cahyana, U., 2005, Sains Kimia, Piranti Darma Kalokatama, Jakarta.
[4] Deporter, B., Reardon, M, dan Singer-Norie Sarah, 2007, Quantum Teaching, Kaifa, Bandung.
[5] Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
[6] Djamarah,S.B., dan Zain, A., 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,Jakarta.
[7] Muhibbinsyah, 2010, Psikologi Pendidikan, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
[8] Purba, M., 2006, Kimia Untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
[9] Ramadhani, Y., 2006, Penerapan Quantum Teaching Sebagai Alternatif Model Pembelajaran Pada Materi Fraksi Minyak Bumi di Kelas XI SMAN 5 Binjai Tahun Ajaran 2005/2006, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[10] Jeni, R., 2007, Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pokok Bahasan Sistem Koloid di Kelas XI Semester Genap SMAN 1 Binjai Tahun Ajaran 2005/2006, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[11] Silitonga,P.M., 2011, Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Unimed
[12] Siregar, R.,2010, Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Pada Sub Pokok Bahasan Hidrolisis Garam, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[13] Sutresna, N., 2004, Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI, Grafindo, Jakarta.
[14] Suprijono, A., 2009, Cooperatif Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
[15] Winkel, W.S., 2004, Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta.
[17] http:/adesanjaya.blogspot.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar