PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA
POKOK
BAHASAN LAJU REAKSI DI KELAS XI
SMA
NEGERI 14 MEDAN
Anita
Debora Simangunsong
Juruasan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl.Willem
Iskandar Psr V Medan, Sumatra Utara
Abstrak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih
baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada
pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA. Sampel sebanyak 2 kelas
yang dipilih secara purposive sampling.
Kelas eksperimen diberi pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, sedangkan kelas
kontrol diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional). Hasil analisis data pre-test
diperoleh Fhitung = 1,60 dan Ftabel = 1,795, yang
menyatakan data tersebut homogen dan berdasarkan uji normalitas pre-test dan
pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal. Nilai rata-rata pretest dan postest kelas
eksperimen adalah 31,375 dan 84,5 serta nilai rata-rata kelas kontrol adalah 41,625 dan 76,125. Rata-rata
gain kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 77% dan 59%. Uji
hipotesis pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung = 9,2 dan ttabel = 1,6671, thitung
> ttabel maka hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
Kata Kunci : Model
pembelajaran, Quantum Teaching, Kimia SMA, Hasil belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan
adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi (Djamarah,
2006).
Cahyana (2005)
“Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari susunan, kmposisi, struktur,
sifat-sifat, dan perubahan materi serta perubahan energi yang menyertai
perubahan tersebut” Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam(IPA)
yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran
yang dirasakan sulit oleh siswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait
dengan ciri ilmu kimia itu sendiri. Adapun ciri-ciri ilmu kimia tersebut
adalah: (1) sebagian besar ilimu kimia itu bersifat abstrak, (2) sifat ilmu
kimia berurutan dan berkembang pesat, (3) bahan atau materi yang dipelajari
sangat banyak. (http:/adesanjaya.blogspot.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html)
Disinilah peran
guru sangat diharakan mampu menjadikan pelajaran terasa mudah dan menyenangkan.
Guru harus mampu memberikan pengajaran yang efektif dan variatif sehingga
indikator pelajaran dalam suatu proses mengajar dapat tercapai dengan
baik. Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan perbaikan proses
belajar-mengajar, yaitu dengan ketepatan pemilihan metode pengajaran dimana
guru harus benar-benar memperhatikan model atau metode mengajar
yang akan digunakan, sehingga kurikulum yang terbaik akan ada manfaatnya bila
dilengkapi dengan model
atau metode mengajar yang tepat. Mengajar bukan hanya menyampaikan
bahan pelajaran kepada siswa melainkan bagaimana cara menyajikan suatu bahan
pelajaran kepada murid.
Pada setiap situasi selalu ada jalan keluar
dalam suatu masalah, sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan ditemukan sebuah
pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum
Teaching. Quantum Teaching menguraikan
cara-cara baru yang memudahkan proses belajar-mengajar lewat panduan unsur seni
dan pencapaian-pencapaian yang terarah, semua materi dan pelajaran dapat
diajarkan dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah mengubah belajar yang meriah dengan segala
nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, sehingga
dapat mencegah munculnya rasa bosan pada materi ajar (De Porter, 2007).
Penggunaan model
pembelajaran Quantum Teaching pernah
diteliti oleh Ramadhana, (2006). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa model
pembelajaran Quantum Teaching dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pokok bahasan minyak bumi sebesar
11.48%. Hasil penelitian Anggria,
(2007) pada pokok bahasan struktur atom di SMA Negeri 4 Binjai, tahun
ajaran 2007/2008 menunjukkan peningkatan (selisih post-test dan pre-test)
sebesar 47.83%. Hasil penelitian Jeni, (2007) pada pokok bahasan
sistem koloid di SMA Negeri 1 Binjai tahun ajaran 2005/2006 diperoleh hasil
belajar sebesar 84.23%. Dan hasil
penelitian oleh Siregar, (2007) diperoleh hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran Quantum Teaching pada
sub pokok bahasan hidrolisis sebesar 73.22%.
Materi laju reaksi merupakan materi yang mengandung atau berisi konsep- konsep
yang memerlukan pengamatan siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengamati
secara langsung agar pembelajaran lebih jelas, selain itu materi laju reaksi juga
berhubungan dengan kehidupan sehari- hari. Agar materi ini lebih mudah untuk diterima oleh siswa dan siswa
tidak mudah merasa bosan maka perlu diberikan suatu pembelajaran alternatif,
salah satunya adalah penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching. Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan
mempunyai minat dan motivasi untuk belajar akan semakin meningkat, sehingga
mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajar. Dengan adanya sikap positif
siswa ini, diharapkan dapat membantu memahamkan siswa terhadap konsep materi laju reaksi.
Jadi model Quantum Teaching yang mengandung unsur
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai/beri makna, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) sangat
cocok diterapkan pada materi laju reaksi. Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar
Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Di Kelas XI SMA
Negeri 14 Medan”
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan pada bulan November di kelas XI semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 14 Medan yang berjumlah 5 kelas. Sampel diambil secara purposive sampling sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas yang diberi pengajaran dengan
model pembelajaran Quantum Teaching sebagai kelas eksperimen dan kelas yang diberi pengajaran tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) sebagai kelas kontrol.
Prosedur
Penelitian
Prosedur
dalam penelitian terdiri atas : persiapan penelitian, tahap pelaksanaan, dan
pengolahan data. Adapun persiapan yang dilaksanakan sebelum penelitian ini
yaitu pengajuan dan pelaksanaan seminar proposal, konsultasi pada semua pihak
yang terkait dalam penelitian, pengurusan perizinan penelitian dari pihak
sekolah dan sampai penyusunan rencana pembelajaran dan soal untuk test dalam
penelitian. Menguji soal
yang akan digunakan dengan cara validasi ke siswa dengan
menghitung : validasi, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kemudian tahap pelaksanaan, yaitu: menentukan 2 kelas yang akan menjadi sampel
dalam penelitian, melakukan pre-test kedua kelas
sampel, bertujuan untuk menguji homogenitas dan normalitas dari kedua kelompok
sampel, juga untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal siswa sebelum
diberikan perlakuan yang berbeda tentang materi yang akan dibahas, memberikan
perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel, mengadakan post-test pada
pertemuan terakhir untuk mendapatkan data kemampuan sampel penelitian untuk
melihat peningkatan hasil belajar setelah pengajaran selesai dilakukan.
Selanjutnya tahap pengolahan data, yaitu setelah data pre-test dan post-test
diperoleh maka data tersebut diolah untuk melihat bagaimana peningkatan hasil
berlajar antara sampel yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan sampel yang diberi pengajaran tanpa model
pembelajaran Quantum Teaching. Apabila
pengolahan data telah selesai maka dapat ditarik kesimpulan. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian adalah tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 40 soal. Jumlah
option setiap soal disediakan lima butir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan dan bersifat eksperimen, yang
melibatkan 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen diberi pengajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching, sedangkan kelas kontrol diberi pengajaran tanpa
model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional).
Analisis Data Instrumen Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu
dilaksanakan uji coba instrument test bertujuan untuk mengetahui tingkat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda test. Uji coba ini
dilaksanakan pada kelas XII SMA Negeri 14 Medan. Dari uji coba test tersebut
diketahui bahwa:
Uji Validitas
Dari
40 soal instrument tes yang diujicobakan diperoleh sebanyak 21 soal yang valid,
yaitu soal nomor 2, 3, 4,
6, 7, 10, 12, 14,
16, 18, 20, 21, 22,
25, 26, 27, 31, 33, 36, 37,
38. Kemudian 20 soal yang valid diujikan sebagai
instrument penelitian untuk mengambil data hasil belajar siswa pada pokok
bahasan Laju Reaksi.
(Lampiran 11 )
Reliabilitas Tes
Suatu tes dinyatakan
reliabel apabila r hitung > r tabel.
Dengan menggunakan rumus reliabilitas (KR-20) maka diperoleh koefisien
reliabilitas dari jumlah soal sebanyak 40 (N = 30) pada
tingkat kepercayaan α = 0,05 harga r tabel = 0,361 perhitungan diperoleh r hitung = 0,84.
Dengan demikian r hitung >
r tabel sehingga instrumen
tes dinyatakan reliabel (Lampiran 13 ).
Tingkat
Kesukaran Soal

Daya
Pembeda
Setelah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas, 21 soal tersebut diuji daya pembeda soal dan diperoleh 4 soal
dengan klasifikasi cukup, 17 soal dengan klasifikasi baik.
Analisis
Data Hasil Penelitian
Menghitung
Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Dari data hasil penelitian, setelah dihitung (Lampiran 20) diperoleh rata-rata dan standar deviasi seperti
terlihat pada tabel 4.1.
Tabel
4.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
||||||
Pre-test
|
Post-test
|
Pre-test
|
Post-test
|
||||
![]() |
SD
|
![]() |
SD
|
![]() |
SD
|
![]() |
SD
|
31,375
|
6,09
|
84,5
|
5,28
|
41,625
|
7,71
|
76,125
|
6,25
|
Berdasarkan
tabel 4.1, diperoleh rata-rata nilai pre-test untuk kelas eksperimen yaitu 31,375 dengan nilai tertinggi 45 dan
nilai terendah 15 serta standar deviasinya sebesar 6,09. Sedangkan untuk nilai
post-test diperoleh rata-rata nilai yaitu sebesar 84,5 dengan skor tertinggi
adalah 95 dan nilai terendah yaitu 70 serta standar deviasinya sebesar 5,28.
Sementara rata-rata nilai pre-test
untuk kelas kontrol
sebesar 41,625 dengan nilai tertinggi 55 dan nilai terendah yaitu 20 dengan standar deviasinya yaitu 7,71. Sedangkan untuk nilai
post-test diperoleh rata-rata sebesar 76,125 dengan nilai tertinggi 90 dan
nilai terendah yaitu 65 serta standar deviasi sebesar 6,25.
Uji Normalitas Data
1. Uji Normalitas Pre
Tes
Uji normalitas
menggunakan uji Chi Kuadrat (
) pada taraf signifikansi
=0,05 dengan dk = 5.
Dengan kriteria jika harga
hitung <
tabel maka data tersebut berdistribusi normal. Dari
data pretest kelas eksperimen diperoleh
hitung = 6.571429
dan pada kelas kontrol
hitung = 1,757143 , sedangkan
tabel pada
= 0,05 dengan dk = 5 adalah 11,070. Karena
hitung <
tabel, maka data pre tes tersebut berdistribusi
normal.










2. Uji Normalitas Post
Tes
Berdasarkan hasil
perhitungan uji Chi Kuadrat (
) untuk postt-tes pada kelas eksperimen diperoleh
hitung = 9,571429
dan pada kelas kontrol diperoleh
hitung = 8,785714 , sedangkan
tabel pada
= 0,05 dengan dk = 5 adalah 11,070. Maka
diperoleh
hitung <
tabel, sehingga data post tes tersebut berdistribusi
normal.







Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas data dilakukan
untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
homogen. Untuk lebih lengkapnya hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Uji homogenitas
Kelas
|
S2
|
Fhitung
|
Ftabel
|
Keterangan
|
Eksperimen
|
37,16
|
1,60
|
1,795
(hasil interpolasi)
|
Data Homogen
|
Kontrol
|
59,47
|
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Fhitung
< Ftabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok sampel
memiliki varians yang homogen.
Uji Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini seperti dikemukakan pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut:
Hipotesis Verbal
Ha: Hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih
baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching pada pokok bahasan Laju Reaksi.
Ho: Hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih
baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching (konvensional)
pada pokok bahasan Laju Reaksi.
Hipotesis
yang akan diuji adalah :
Ho : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1
> μ2
Untuk menguji hipotesis,
digunakan uji t satu pihak. Ha diterima jika thitung
> ttabel, pada taraf α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 - 2).
Dari hasil perhitungan (Lampiran 24), diperoleh bahwa thitung
= 9,2 sedangkan ttabel =
1,667. Dengan demikian thitung > ttabel,
sehingga H0 ditolak. Artinya hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching
lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
Uji Gain
Uji Gain ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh peningkatan (pencapaian) hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Quantum Teaching. Uji ini dilakukan pada data
post-test dengan kriteria: g ‹ 0,3 (rendah); 0,3 ≤ g ≤ 0,7 (sedang); dan g > 0,7 (tinggi).
Berdasarkan perhitungan
gain ternormalisasi pada kelas sampel disimpulkan bahwa rata-rata kelas
eksperimen masuk kedalam kategori gain tinggi (g=0,77), pada kelas kontrol disimpulkan bahwa rata-rata kelas
kontrol masuk kedalam kategori gain sedang (g=0,59) (lampiran 21). Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum
Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok
bahasan laju reaksi. Dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas kontrol, dimana peningkatan pada
kelas eksperimen sebesar 77% dan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 59%. Maka besarnya peningkatan hasil belajar kimia siswa
kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol adalah sebesar 18%.
Pembahasan
Penelitian
ini berawal dari apakah hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching (konvensional) pada pokok
bahasan laju reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
Setelah dilakukan perhitungan, kedua kelas sampel dinyatakan homogen dan
berdistribusi normal. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model pembelajaran Quantum Teaching dan kelas kontrol tanpa model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional).
Dari
perhitungan gain diperoleh peningkatan hasil belajar kimia pada kelas
eksperimen sebesar 77% lebih baik daripada kelas kontrol peningkatannya sebesar
59% . Hal ini disebabkan karena prinsip dari Quantum Teaching yaitu sebelum pengajaran dilakukan
guru telah membina hubungan yang harmonis dengan siswa sehingga siswa tidak
merasa asing dan takut yang menimbulkan rasa aman dan ingin ikut berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Selain itu, konsep pengajaran pada model
pembelajaran Quantum Teaching yang terdiri dari unsur-unsur
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan membuat siswa
lebih cepat memperoleh pengetahuan karena pada model ini siswa dituntut untuk
mengaplikasikan potensi dirinya dan mencoba mengerti materi pelajaran dengan
cara meningkatkan peran aktif siswa dalam proses belajar-mengajar.
Berdasarkan
nilai gain (g) diperoleh peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
sebesar 77% dan kelas kontrol sebesar 59%, selisih peningkatan (%gain) hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 18%.
Dari
hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi kelas
kontrol adalah 76,125 ± 6,25 dan
rata-rata kelas eksperimen adalah 84,5 ± 5,28 dan dalam pengujian hipotesis
diperoleh thitunng(9,2) > ttabel(1,667) . Ini berarti hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum
Teaching lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (konvensional) pada pokok
bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diambil beberapa kesimpulan yaitu hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik
dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran Quantum
Teaching (konvensional) pada pokok
bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan. Sementara besarnya pengaruh model
pembelajaran Quantum Teaching dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi di kelas XI SMA Negeri 14 Medan adalah 18%.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
[2] Anggria, D., 2007, Pengaruh Pembelajaran Quantum
Teaching Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 4 Binjai Kelas X Pada
Materi Stuktur Atom Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.
[3] Cahyana,
U., 2005, Sains Kimia, Piranti Darma
Kalokatama, Jakarta.
[4] Deporter, B., Reardon, M, dan Singer-Norie Sarah,
2007, Quantum Teaching, Kaifa, Bandung.
[5] Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
[6] Djamarah,S.B.,
dan Zain, A., 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta,Jakarta.
[7] Muhibbinsyah, 2010,
Psikologi Pendidikan, Penerbit Remaja
Rosdakarya, Bandung.
[8]
Purba, M., 2006, Kimia Untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
[9] Ramadhani,
Y., 2006, Penerapan Quantum Teaching
Sebagai Alternatif Model Pembelajaran Pada Materi Fraksi Minyak Bumi di Kelas
XI SMAN 5 Binjai Tahun Ajaran 2005/2006, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[10] Jeni,
R., 2007, Efektivitas Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pokok Bahasan Sistem Koloid di Kelas XI Semester Genap SMAN 1 Binjai Tahun
Ajaran 2005/2006, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[11] Silitonga,P.M., 2011, Statistik
Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Unimed
[12] Siregar,
R.,2010, Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Siswa Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Pada Sub Pokok Bahasan
Hidrolisis Garam, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
[13] Sutresna,
N., 2004, Cerdas Belajar Kimia Untuk
Kelas XI, Grafindo, Jakarta.
[14] Suprijono,
A., 2009, Cooperatif Learning,
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
[15] Winkel,
W.S., 2004, Psikologi Pengajaran, Media
Abadi, Yogyakarta.
[17] http:/adesanjaya.blogspot.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar